CAMBUK

on Selasa, 09 November 2010
Heeem, aku ga terlahir sebagai peran kaya, juga bukan peran miskin. Terkadang aku merasa kaya ketika aku menyadari apa yang telah aku capai. Tapi juga ga jarang aku merasa sangat miskin ketika ambisi ku mulai tumbuh.

Aku bukan orang munafik. Aku sadar bahwa aku ambisius, dan tidak mengenal kepuasan. Tapi aku ga bisa meminimalisir rasa itu, karena rasa itu adalah cambukku untuk maju.

Aku tidak ingin tetap disini. Aku ingin beranjak lebih maju. Tapi saat aku merasakan tempat yg mulai nyaman. Ambisi itu akan tumbuh kembali dan menuntutku untuk maju. Terkadang, aku lelah mengikuti ambisi itu. Dan tanda Tanya besar akan muncul “akankah aku berhenti disini ?”

Cambuk itu akan perih sekali menyabet ku ketika aku telah lama tertidur. Perih, sakit sekali. Saat itu juga aku akan menangis, dan menyesali tidurku yg panjang. Kenapa ? kenapa aku harus menyesali tidurku ? kenapa aku tidak menyesali cambukku ? apakah aku terbiasa merasakan cambukkan ini ? apakah aku yg berbuat salah karena terlena di tempat yg nyaman ??

Apakah aku lebih menyayangi cambuk itu dibandingkan jiwaku ? aku seperti dipaksa untuk menyayangi cambuk itu. Ya, dipaksa oleh jiwaku yg ingin maju.

0 komentar:

Posting Komentar