aku dia dan jarak

on Senin, 23 Juli 2012

Hai reader …
Untuk kesekian kalinya aku merasa tulisan ini ga penting. Walaupun blog ini memang dilahirkan untuk menampung semua ke’ga penting’an itu, tapi tetep aja aku suka merasa bersalah. Merasa bersalah sama siapa juga aku ga tau. Mungkin sama waktu, yang udah aku buang untuk hal ga penting.
Kakak aku, Mas Aldi memang orang yang sangat idealis. 5 jempol untuk pemikirannya yang kaya jalan tol. Membuat aku semakin merasa kerdil. Tapi juga mendorong aku untuk lebih terbuka sama dia. yah, jarang – jarang kan dapet konsultasi gratis. Kecuali sama guru BK disekolah yang Cuma tau bahwa masalah kita hanya sekolah, SNMPTN dan perguruan tinggi.
Pembicaraan kita di kamar aku berujung pada pencerahan di otakku. Dimana dia bilang …
Cewe itu melihat segalanya dengan perasaan, sedangkan cowo dengan logika. Jadi, cowo harus menyelimuti logikanya dengan perasaan untuk mendapatkan si cewe. Begitu juga sebaliknya, cewe harus menyelimuti perasaannya dengan logika untuk mendapatkan si cowo.
Awalnya agak ribet dengernya, otak aku butuh waktu beberapa hari untuk mengerti sampe akhirnya aku mengalami semuanya.

Dia … yang notabene cowo, yang notabene memilih logika untuk mendominasi pandangannya, yang notabene sayang sama aku, yang notabene akan pergi ngelanjutin study, dengan jelas bilang “engga” waktu aku tanya “kira kira kita bakal lama ngga ya ?”
Memang secara logika dia bener, beneeeer bgt. Tapi jawaban itu kaya power juicer yang menjadikan hatiku hancur lebur, cair, dan jadilah segelas jus hati. *hiiii…
Intinya dia ga mikirin perasaan aku, tapi anehnya dia tetap mendapatkan aku. Pake pelet apa tuh orang sampe aku terpaksa memilih buat lebih pake logika untuk ngimbangin dia. *sejak dulu memang wanita selalu dijajah pria*
Nah, apa bila kita long lasting (aminnn), ini akan menjadi pembuktian ke dia kalo logika engga selalu melandasi suatu hubungan. Walau secara logika Purwokerto – Semarang itu jauh, terpaut jarak kurang lebih 200 KM, tapi … 2 cm pun perasaan aku ga berjarak dari dia. #eaaaa
Yap , ketika jarak dihitung dengan perasaan, penggarispun terasa terlalu panjang untuk mengukurnya. Ketika harga BBM melonjak sekalipun, recehan akhir bulan terasa terlalu banyak untuk membelinya. Perasaan emang dapat mempermudah hal yang dianggap sulit oleh logika, begitu juga sebaliknya.
Makasih untuk waktunya. See u next blog.

0 komentar:

Posting Komentar