Hai reader …
Untuk kesekian kalinya aku merasa tulisan ini ga penting. Walaupun
blog ini memang dilahirkan untuk menampung semua ke’ga penting’an itu, tapi
tetep aja aku suka merasa bersalah. Merasa bersalah sama siapa juga aku ga tau.
Mungkin sama waktu, yang udah aku buang untuk hal ga penting.
Kakak aku, Mas Aldi memang orang yang sangat idealis. 5
jempol untuk pemikirannya yang kaya jalan tol. Membuat aku semakin merasa
kerdil. Tapi juga mendorong aku untuk lebih terbuka sama dia. yah, jarang – jarang
kan dapet konsultasi gratis. Kecuali sama guru BK disekolah yang Cuma tau bahwa
masalah kita hanya sekolah, SNMPTN dan perguruan tinggi.
Pembicaraan kita di kamar aku berujung pada pencerahan di
otakku. Dimana dia bilang …
Cewe itu melihat segalanya dengan perasaan, sedangkan cowo dengan logika. Jadi, cowo harus menyelimuti logikanya dengan perasaan untuk mendapatkan si cewe. Begitu juga sebaliknya, cewe harus menyelimuti perasaannya dengan logika untuk mendapatkan si cowo.
Awalnya agak ribet dengernya, otak aku butuh waktu beberapa
hari untuk mengerti sampe akhirnya aku mengalami semuanya.
Dia … yang notabene cowo, yang notabene memilih logika untuk
mendominasi pandangannya, yang notabene sayang sama aku, yang notabene akan
pergi ngelanjutin study, dengan jelas bilang “engga” waktu aku tanya “kira kira
kita bakal lama ngga ya ?”
Memang secara logika dia bener, beneeeer bgt. Tapi jawaban
itu kaya power juicer yang menjadikan hatiku hancur lebur, cair, dan jadilah
segelas jus hati. *hiiii…
Intinya dia ga mikirin perasaan aku, tapi anehnya dia tetap
mendapatkan aku. Pake pelet apa tuh orang sampe aku terpaksa memilih buat lebih
pake logika untuk ngimbangin dia. *sejak dulu memang wanita selalu dijajah
pria*
Nah, apa bila kita long lasting (aminnn), ini akan menjadi
pembuktian ke dia kalo logika engga selalu melandasi suatu hubungan. Walau secara
logika Purwokerto – Semarang itu jauh, terpaut jarak kurang lebih 200 KM, tapi …
2 cm pun perasaan aku ga berjarak dari dia. #eaaaa
Yap , ketika jarak dihitung dengan perasaan, penggarispun
terasa terlalu panjang untuk mengukurnya. Ketika harga BBM melonjak sekalipun,
recehan akhir bulan terasa terlalu banyak untuk membelinya. Perasaan emang
dapat mempermudah hal yang dianggap sulit oleh logika, begitu juga sebaliknya.
Makasih untuk waktunya. See u next blog.
0 komentar:
Posting Komentar