Tiktiktik, tetes demi tetes air hujan dengan segala kerinduannya menyentuh lantai bumi. Wajar saja hujan merindu, perjalanan yang mereka tempuh sangat jauh. Panasnya mentari mengubah mereka menjadi titik titik uap dan memaksa mereka untuk naik jauuuuh kelangit. Berpisah dengan bumi sekian lamanya, hingga sang mendung bersedia menurunkan mereka. Tidak sampai disitu, tidak dengan sekejap mereka dipertemukan dengan bumi. Mereka masih harus menempuh jarak yang amaaaat jauh untuk kembali dari kelam dan hitamnya langit mendung, sampai ke muka bumi.
aku menjadi saksi atas segala dentuman irama rindu yang diciptakan oleh hujan dan bumi. Lalu aku mulai meratap, Betapa beruntungnya kau, hujan. Kau bisa kembali pada bumimu, kau bisa bersenandung indah, kau penuh cinta dan berkah dan bahkan sang mendung yang begitu surampun luluh padamu, lalu kau turun dari langit bak malaikat surgawi yang menebar rizki dari sang ilahi.
Betapa irinya aku mengetahui segala pesonamu. Pesona yang tiada habisnya. Selaras dengan cintamu pada bumi ini, hingga tak jenuh jenuh untuk turun kembali kesini, menyusup masuk kedalam pelukan bumi, menyatu melengkapi, hingga sang mentari kembali dengan teriknya mengubahmu menjadi titik uap dan memaksamu untuk naik jauuuuuh kelangit.
Lepaskanlah segala kerinduan pada bumi. Buatlah senyuman diwajah langit setelah kau dendangkan irama kerinduan. Hingga sang langit mampu menciptakan merah jingga kuning hijau ungu dalam kebiruannya. mungkin saat itu juga aku telah terambang dalam ombak mimpi, dan sudah terhempas jauh dari pulau kegalauan. terimakasih, ujaaan :)
0 komentar:
Posting Komentar